PYONGYANG – Korea Utara diramaikan oleh sebuah aksi arak-arakan yang berlangsung di alun-alun utama kota Pyongyang. Pada hari Kamis (25/6) kemarin, sekitar 100.000 orang turut serta dalam arak-arakan tersebut. Sembari mengepalkan tinju ke atas, mereka meneriakkan kata-kata: “Mari kita hancurkan mereka!”. Kata-kata ancaman keras tersebut ditujukan kepada AS, rezim komunis tersebut menjanjikan hujan serangan nuklir balasan jika sampai AS mengusik “ketenteraman” negara komunis tersebut.
Sejumlah demonstran membentangkan sebuah plakat yang menggambarkan sepasang tangan yang tengah meremukkan sebuah peluru kendali. Peluru kendali tersebut bertuliskan “AS”. Sesuai dengan semangat Korea Utara untuk menghancurkan AS Gambaran peristiwa tersebut tertuang dengan jelas dalam sebuah rekaman video yang diambil oleh Associated Press Television News di Pyongyang. Pengambilan rekaman video tersebut dilakukan bertepatan dengan peringatan tahunan hari dimana pasukan Korea Utara merangsek menyerbu negara tetangganya di sebelah selatan, dimana peristiwa tersebut memantik lahirnya Perang Korea pada tahun 1950 yang berlangsung selama tiga tahun.
“Tentara nasional Korea Utara akan siap siaga menghadapi segala bentuk sanksi yang dijatuhkan oleh AS, termasuk juga segala macam provokasi yang dilakukan AS, dengan sebuah pukulan balasan yang telak,” demikian janji seorang pejabat senior Korea Utara. Sebuah ancaman nyata yang ditujukan kepada AS, disaat negara adidaya tersebut membayang-bayangi sebuah kapal angkut milik Korea Utara yang berlayar dari lepas pantai China, dimana AS mencurigai bahwa kapal tersebut dipenuhi dengan barang muatan yang dianggap terlarang oleh AS.
Sebuah resolusi baru dari Dewan Keamanan PBB baru-baru ini diloloskan. Resolusi tersebut berisikan sanksi terhadap Korea Utara. Sanksi tersebut dijatuhkan menyusul tindakan Korea Utara yang melancarkan uji coba nuklir rahasia pada bulan Mei lalu. Hal tersebut membuat negara-negara anggota PBB mendesak dilakukannya pemeriksaan menyeluruh atas kapal-kapal yang dicurigai membawa muatan berupa persenjataan atau benda-benda yang ada hubungannya dengan senjata nuklir.
Menyikapi dijatuhkannya sanksi tersebut, Korea Utara langsung menarik diri dari dialog untuk membahas mengenai masalah nuklir dan memekikkan semboyan anti-Amerika. Rezim komunis yang terisolasi tersebut bahkan mungkin saja bersikap tidak acuh terhadap resolusi tersebut dengan cara mengirimkan sebuah kapal yang diduga membawa persenjataan untuk dikirimkan ke Myanmar.
Disaat masih belum ada kejelasan mengenai muatan apa yang ada di atas kapal Kang Nam 1 milik Korea Utara tersebut, para pejabat terkait menyebutkan bahwa muatan kapal tersebut berupa artileri dan segala jenis persenjataan konvensional lainnya. Sementara seorang pengamat intelijen menyebutkan bahwa kapal tersebut memuat peluru kendali.
AS dan negara-negara sekutu dekatnya masih belum mengambil keputusan pasti mengenai permintaan untuk memeriksa kapal yang bersangkutan, demikian kata humas Pentagon, Geoff Morrell, ketika ditemui di Washington. Namun, Korea Utara balik mengatakan bahwa jika ada gangguan sekecil apapun, maka negara komunis tersebut akan menganggap tindakan tersebut sebagai tantangan perang.
Jika ijin pemeriksaan kapal tersebut ditolak, maka kapal tersebut harus merapat di pelabuhan manapun yang dipilih, sehingga pemerintahan setempat bisa memeriksa muatan apa yang ada di atas kapal tersebut. Jika ditemukan muatan-muatan yang dicurigai sebagai benda-benda terlarang, maka kapal tersebut tidak diperkenankan untuk melakukan pengisian bahan bakar.
Seorang pejabat departemen pertahanan AS mengatakan bahwa kapal tersebut telah melewati selat Taiwan. Dia mengatakan bahwa dirinya tidak tahu kapan dan dimana kapal Kang Nam akan berhenti untuk mengisi bahan bakar, namun, dari pengalaman sebelumnya, kapal Kang Nam selalu mengisi bahan bakar di pelabuhan Hong Kong.
Seorang pejabat departemen pertahanan AS lainnya mengatakan bahwa dia cenderung meragukan laporang bahwa kapal Kang Nam membawa muatan benda-benda yang terkait dengan senjata nuklir. Dia menambahkan bahwa informasi tersebut tampaknya mengindikasikan bahwa muatan kapal tersebut adalah persenjataan yang dilarang. Ketika ditanyakan, dua pejabat tersebut tidak bersedia menyebutkan nama mereka.
Korea Utara telah terlibat dalam ketegangan memanas dengan pihak Washington dan sejumlah negara lainnya berkaitan dengan masalah program nuklir. Pada bulan April, rezim komunis tersebut meluncurkan sebuah roket. Namun pihak luar menganggap bahawa peluncuran roket tersebut hanyalah kamuflase untuk menguji coba teknologi peluru kendali jarak jauh. Tindakan tersebut kontan mendatangkan sanksi dari Dewan Keamanan PBB.
Menanggapi sanksi tersebut, Korea Utara menarik diri dari pembicaraan pelucutan senjata nuklir antara enam negara, mereka kemudian melontarkan ancaman untuk melakukan serangkaian uji coba nuklir dan menembakkan peluru kendali balistik antar-benua. Korea Utara diyakini tengah mengembangkan sebuah peluru kendali jarak jauh yang dirancang khusus untuk menyerang AS, namun para pakar mengatakan bahwa Korea Utara tidak mengetahui cara untuk memasukkan nuklir ke dalam sebuah roket.
Pada hari Kamis (25/6) kemarin, Korea Utara bersumpah akan memperkuat persenjataan nuklirnya dan melontarkan peringatang keras untuk menyerang AS dengan kekuatan nuklir penuh jika AS mencari gara-gara.
“Pasukan Korea Utara akan memberikan pukulan telak yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat diperkirakan terhadap segala bentuk sanksi dan provokasi yang dilakukan oleh AS,” kata Pak Pyong Jong, wakil ketua komite masyarakat Pyongyang, kepada kerumunan massa yang berkumpul untuk memperingati Perang Korea.
Ratusan Ribu Penduduk Korut “Rayakan” Kehancuran AS
Label: Dunia | author: Yazid Amirul FahmiPosts Relacionados:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Shalat Time

0 komentar:
Posting Komentar