Terinspirasi oleh cerita teman tentang seorang mahasiswa muslim yang merantau ke luar negeri, negara non-muslim, untuk berkuliah. Di suatu kuliah, Ia mendapati dosennya adalah seorang Yahudi yang dalam sela-sela dia menerangkan pelajaran dia selalu menjelek-jelekkan Islam. Ketika kuliah berakhir mahasiswa muslim itu menemui sang dosen, protes akan sikap dosen itu,”Saya tak terima agama saya dihina seperti tadi! Lihat saja, suatu saat kami pasti akan berjaya!!” Dosen itu dengan tenang menanggapi,”Memang, suatu saat kalian akan menang, tapi BUKAN sekarang!”
Saya simpulkan dari cerita di atas bahwa sebenarnya ‘musuh-musuh’ Islam pun mengakui bahwa suatu saat (peradaban) Islam akan berjaya. Akan tetapi, mereka pun yakin jika saat Islam berjaya adalah bukan ‘sekarang’… Pernyataan ini memang sebuah ironi. Ada dua kemungkinan, pertama Islam memang akan mancapai kejayaan suatu masa nanti dan kedua Islam memang tak akan pernah berjaya kembali.
Ada suatu teori kebudayaan yang menjelaskan bahwa setiap peradabaan akan memiliki puncak kejayaan. Kemudian setelah melewati masa-masa kejayaan maka peradaban itu akan mulai runtuh. Rentang waktu untuk masa-masa kejayaan suatu peradaban serta berapa lama mereka akan mulai runtuh sangatlah relatif. Terkadang karena masa kejayaan suatu peradaban sangat lama, manusia beranggapan bahwa peradaban tersebut tak akan runtuh. Namun sejarah mencatat, tak ada peradaban yang bisa mempertahankan masa kejayaannya begitu lama kecuali mereka akan mengalami kemunduran pada suatu saat dan akhirnya runtuh atau paling tidak mengalami revolusi sehingga peradaban tersebut berganti menjadi peradaban baru dan memulai kembali siklus peradabannya dari awal.
Berangan-angan tentang bagaimana peradaban Islam di masa depan, tentunya tak bisa lepas dari teori pearadaban sendiri. Sejarah mencatat bahwa peradaban Islam sudah 2 kali mencapai masa kejayaan, baik dalam qurun Arabi maupun qurun Ajami (bukan Arab). Kemudian sekarang tiba pada qurun Alami di mana peradaban Islam boleh dibilang, ditentukan oleh negara-negara Islam maupun negara-negara besar bermayoritas penduduk Islam. Melihat peta kekuatan dunia saat ini baik ekonomi, saintek, sosial budaya, hankam, sangat jelas bahwa “negara-negara tadi” masih belum banyak ‘berbicara’. Oleh karena itu saat ini mungkin peradaban Islam masih jauh dari puncak kejayaan (kalau memang bakal ada).
Puncak kejayaan Islam di masa nanti jika dihubungkan dengan teori peradaban berarti membutuhkan beberapa persyaratan seperti: memiliki luas wilayah dan pengaruh yang besar di dunia serta mempunyai dominasi/ hegemoni yang kuat dalam bidang-bidang peradaban. Persyaratan mengenai luas wilayah sebenarnya sudah tercapai jika kita menghitung semua negara Islam serta negara bermayoritas penduduk Islam sebagai suatu kesatuan… hanya saja untuk mencapai satu suara tampaknya sangat sulit mengingat negara-negara itu, saat ini, masih lebih mengedapankan nasioalisme daripada kekhilafahan. Jika hal ini memang akan terus berlangsung seperti adanya, lebih mungkin jika kita berteori seandainya suatu saat memang peradaban Islam kembali berjaya maka penyebab yang paling beralasan adalah munculnya satu negeri Islam sebagai negeri Adidaya yang baru. Sedangkan negara-negara Islam lainnya anggap saja sebagai sekutu, pendukung, atau penggembira^^. Melihat kondisi dunia saat ini, tampaknya hal ini sangat memungkinkan untuk terjadi.
Adapun dalam masalah besarnya pengaruh serta kekuatan dominasi/ hegemoni terhadap negara-negara di dunia, sangat masuk akal jika di era informasi ini, dititik beratkan pada penguasaan informasi. Dalam hal ini bagaimana menyikapi mengalirnya informasi melalui intenet, media massa, dan lain-lain, menjadi hal yang vital dalam langkah-langkah menuju sebuah dominasi. Tentu saja hal itu hanya akan menjadi sebuah omong kosong tanpa adanya penguasaan terhadap teknologi informasi itu sendiri. Selama ini para pemikir spiritual (baca: tokoh agama) serta ilmuwan-ilmuwan saintek selalu berseberangan jalan. Jika para tokoh agama yang menjadi contoh bagi masyarakat hanya berkutat pada hal-hal keagamaan saja, sedang para ilmuwan cenderung tidak begitu diakui kedudukannya. Saya tidak berpendapat bahwa hal yang dilakukan para tokoh agama salah dan hal yang dilakukan para ilmuwan benar, tetapi saya berpendapat bahwa jika dan hanya jika kita ingin peradaban Islam kembali berjaya maka sudah saatnya di antara ilmu agama dan sains tersinergikan.
Dalam bayangan saya, di masa depan nanti, peradaban Islam (peradaban negara Adidaya Islam) baru bisa tercapai jika peradaban negeri Adidaya yang sekarang mulai runtuh. Oleh karena itu sangat penting jika mulai saat ini hubungan diplomatik (baca: silaturahmi) antara negeri-negeri Islam terjalin dengan baik dan sehat. Selanjutnya diperlukan adanya kesamaan visi, sekalipun tidak tercapai kesatuan suara setidaknya visi masing-masing negara dimirip-miripkan. Jika saat itu tiba, saya perkirakan bahwa kemajuan teknologi di dunia sudah sangat jauh. Sebagai mana efek negatif revolusi teknologi dan informasi, hilangnya adab perikemanusiaan dalam kehidupan sosial adalah hal yang berpotensi besar untuk terjadi. Hal inilah yang (mungkin) menyebabkan hancurnya negara-negara sekuler dari segi moral. Sangat wajar karena sejak awal mereka memisahkan kehidupan beragama dengan kehidupan sosial dan akibatnya muncullah permasalahan-permasalahan yang tak bisa diselesaikan kecuali dengan pendekatan religi. Inilah titik penting kebangkitan Islam, mengingat ajaran Islam selalu berprinsip pada kesimbangan hubungan manusia-dunia dengan manusia-akhirat. Perbaikan moral manusia akan menjadi jargon utama dan menjadi titik tolak berkembangnya peradaban Islam di masa itu.
PERADABAAN ISLAM MASA DEPAN
Label: Dunia Islam | author: Yazid Amirul FahmiPosts Relacionados:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Shalat Time

0 komentar:
Posting Komentar